Kamis, 10 Juli 2014

Teori Tingkah Laku Manusia Menurut 3 Aliran Psikologi

 Untuk pengetahuan yang pelajari tingkah laku manusia, psikologi berkembang cepat dengan timbulnya sebagian aliran (mainstream). Aliran-aliran itu awal mulanya dibawa serta perkenalkan oleh tokoh-tokoh psikologi dengan rumusan teori perilaku khas mereka. Seiring berjalannya waktu, teori-teori itu berkembang jadi sebentuk aliran psikologi spesifik. Memperoleh support (pengikut) yang makin banyak hingga sang tokoh juga dikira untuk pendiri dari aliran itu.
Sebut saja nama Sigmund Freud (psikoanalisa), Carl Juicetav Jung (psikoanalitik), Ivan Pavlov (behavirosme classic), BF. Skinner (behaviorisme), James Watson (psikologi belajar), Abraham Maslow (humanistik), Carl Rogers (humanistik), Wilhem Wundt (fungsionalisme), William James (strukturalisme), serta tetap berderet tokoh-tokoh yang lain. Apabila dikelompokkan, sekurang-kurangnya ada empat aliran besar yang menaungi tokoh-tokoh itu dalam usaha menuturkan tingkah laku manusia. Terhitung juga menuturkan motif ataupun perkiraan tingkah laku yang bakal dikerjakan.
Empat aliran besar itu yaitu psikoanalisa, behaviorisme, humanistik serta psikologi kognitif. Tetapi, kajian pada artikel ini cuma bakal mengupas tingkah laku manusia menurut tiga aliran saja, yaitu psikoanalisa, behaviorisme, serta humanistik. Kajian juga mencakup sekelumit narasi hidup dari tokoh yang dikira untuk pendiri aliran-aliran itu.
Tokoh yang di kenal serta dikira untuk pendiri dari aliran psikoanalisa yaitu Sigmund Freud. Ia adalah seseorang keturunan Yahudi asal Wina. Freud awalannya seseorang dokter yang lalu tertarik memahami keadaan mental manusia. Ia juga menekuni dengan cara intens dalam ilmu-ilmu psikiatri serta psikologi klinis.
Freud melihat bahwasanya alam bawah sadar (ketidaksadaran) adalah elemen utama dalam menganalisa tingkah laku manusia. Apabila dianalogikan dengan gunung es, maka sisi yang tampak (diatas permukaan air) yaitu alam sadar manusia, serta itu cuma sisi kecil dari gunung es. Sedang sisi terbesarnya yang ada dibawah permukaan air dianalogikan untuk alam bawah sadar, hingga memegang fungsi utama untuk perilaku manusia.
Ia juga membuat seperangkat anggapan dalam bangun teori yang ia namakan psikoanalisa. Teori ini lebih mengutamakan pada segi alam bawah sadar manusia dibandingkanalam sadarnya. Dari alam bawah sadar atau ketidaksadaran inilah, segi psikologi manusia bisa diterangkan dengan cara lebihbaik. Freud juga meningkatkan sebagian tehnik terapi psikologis, terlebih untuk individu-individu yang mengalamimasalah klinis akut.
Teori psikoanalisa yang dikemukakan oleh Freud ini jadi suatu terobosan besar untuk perubahan pengetahuan psikologi. Kenapa? Lantaran pada saat sebelum saat psikoanalisa dikenalkan, teori-teori dalam pengetahuan psikologi menguasai mengupas persoalan alam sadar atau segi kesadaran manusia. Sedang alam bawah sadar kurang diminati. Dikira tidak terlampau berikan dampak signigifikan untuk kepribadian manusia. Serta Freud dengan psikoanalisanya tunjukkan bukti bahwasanya kepercayaan itu salah.
Lalu, bagaimana Freud menuturkan tentang tingkah laku manusia dengan semua dinamikanya dalam pojok pandang psikoanalisa? Ia mengawalinya dengan membagi kepribadian manusia ke dalam tiga sisi, yaitu id, ego, serta super ego. Id yaitu sisi kepribadian manusia yang primitif sifatnya. Terdiri atas dorongan instingtif semata, berbentuk eros (dorongan untuk hidup seperti makan, minum, serta terkait sex) serta tanatos (dorongan untuk mati, seperti membunuh atau mengakibatkan kerusakan diri sendiri serta orang lain).
Sisi kepribadian ke-2 yaitu ego adalah kendalikan diri atas dorongan dari id yang senantiasa mau dipuaskan. Oleh ego, ada kalanya dorongan dari id itu dikerjakan serta id terpuaskan, namun ada kalanya tak dikerjakan/dikekang. Dikerjakan atau tak hal semacam itu di pengaruhi oleh sisi kepribadian ketiga, yakni super ego. Bila didefinisikan dengan cara simpel, super ego yaitu kontrol sosial atau lingkungan pada kehendak iddan berikan info untuk ego untuk mengambil keputusan apa yang paling baik dikerjakan.
Nah, dari dinamika tiga unsur kerpribadian ini, bisa dianalisa perilaku yang berlangsung pada manusia. Bila id yang menguasai, maka orang itu condong tidak mematuhi ketentuan serta egois (mementingkan diri sendiri). Apabila ego yang kuat, maka orang itu terhitung tipikal rasional serta waspada dalam tiap-tiap mengambil aksi/ketentuan. Adapun bila super ego yang menguasai, orang itu tergolong mempunyai kepatuhan yang mutlak pada ketentuan serta takut untuk melanggarnya.
Sesungguhnya dalam aliran behaviorisme, tak ada tokoh tunggal seperti psikoanalisa yang dikira untuk pendirinya. Tetapi, kita dapat mengatakan nama BF. Skinner untuk satu diantara tokoh utama dalam behaviorisme. Tiada melupakan peran utama dari tokoh-tokoh behaviorisme yang lain, Skinner sudah merumuskan dasar-dasar teori untuk perubahan aliran ini setelah itu.
Inti dari aliran behaviorisme seperti yang dikemukakan oleh Skiner yaitu manusia adalah makhluk pembelajar. Tiap-tiap wujud kepribadian serta aksi yang dikerjakan bisa disebutkan untuk hasil dari sistem belajar. Tiap-tiap stimulus atau rangsangan dari lingkungan bakal direspon oleh manusia, serta terjadi sistem stimulus-respon untuk wujud belajar. Dengan kata lain, seseorang manusia bisa dibentuk jadi seperti apa, bergantung bagaimana lingkungan membentuknya.
Karenanya, bila ada individu yang berperangai jelek, bisa disebutkan sudah berlangsung kekeliruan dalam sistem belajarnya. Butuh dikerjakan re-educationsebagai usaha membuat kembali kepribadian dari orang itu. Satu diantara wujud terapi yang umum dipakai yaitu pemberian hadiah (reward) serta hukuman (punishman) yang pas. Hadiah untuk menguatkan tingkah laku yang akan dibentuk, sebaliknya hukuman untuk menyingkirkan perilaku yangakan dihapus.
Psikologi humanistik nyaris sama dengan behavioristik dalam soal ketiadaan tokoh tunggal yang bisa dikatakan sebagai pendiri aliran. Diluar itu, latar belakang berdirinya aliran ini dapat mempunyai keterikatan dengan behaviorisme. Yang mana, kelahiran psikologi humanistik karena ada usaha dari beberapa pakar psikologi yg tidak menyetujui pandangan aliran behaviorisme dalam mendeskripsikan tingkah laku manusia.
Tokoh-tokoh utama dari aliran psikologi humanistik, seperti Abraham Maslow serta Carl Roger, menyebutkan dengan tegas bila teori-teori yang mereka susun mempunyai landasan filosofis tidak sama dengan beberapa pakar behaviorisme. Perbedaan itu berbentuk anggapan yang meletakkan manusia untuk subyek dari dianya. Tak seperti behaviorisme yang letakkan manusia untuk objek semata. Sebentuk ‘robot’ yang dapat diprogram lagi lewat sistem belajar (stimulus-respon) jadi apapun yang diingini oleh pembuat programnya ( aspek lingkungan).
Nah, deskripsi manusia menurut Abraham Maslow serta Carl Roger tak seperti itu. Manusia mempunyai kekuatan untuk membeda-bedakan stimulus yang dikendaki, lalu bereaksi sesuai sama yang dipikirkan atau dirasakannya. Jadi, menurut psikologi humanistik, manusia yaitu sebentuk organisasi kompleks serta ‘tuan’atas kehidupannya.
Juga sekian dengan pandangan manusia versus aliran psikoanalisa, juga tidak diterima oleh psikologi humanistik. Beberapa pakar humanistik tak menyetujui determinisme dari psikoanalisa yang seolah tutup kemungkinan individu untuk beralih. Psikoanalisa juga tidak berhasil berikan penjelasan yang memuaskan terkait dengan beberapa hal abstrak namun utama dalam kehidupan manusia. Hal abstrak seperti arti dari satu wujud perilakudan bagaimana karakteristik perkembangan untuk manusia yang tergolongsehat dengan cara psikologis, bakal sulit diterangkan apabila memakai pendekatan dari psikoanalisa.
Untuk menanggapi itu seluruhnya, aliran psikologi humanistik mengenalkan wawasan baru serta tidak sama dengan dua aliran yang lain (behaviorisme serta psikoanalisa). Pandangan yang meletakkan manusui jadi lebih manusiawi (humanistik). Begitupun dalam menganalisa perilaku yang dikerjakan, seluruhnya bersumber dari kesadaran penuh dari individu itu sendiri. Bukankarena aspek dalam diri yangtak disadari ala psikoanalisa atau dampak menguasai dari luar (lingkungan) versus behaviorisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar